Jenazah Aqila Diterbangkan ke Wajo Sulsel Pagi Ini
Ayah Korban Kebakaran Tak Kuasa Bendung Air Mata
FOTO : Suasana duka pihak keluarga saat mengiringi keberangkatan jenazah salah seorang korban kebakaran, Aqila (9) di RSUD AW Syahranie yang akan diberangkatkan ke Kota Balikpapan, Kamis (21/4/2022) tadi malam
TITIKWARTA.COM - SAMARINDA - Jenazah Aqila (9), korban meninggal dunia ke -8 dari musibah kebakaran di Jalan AW Syahranie, Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda kini diberangkatkan menuju Kota Balikpapan, Kamis (21/4/2022) Pukul 20.00 WITA tadi malam.
Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Andika Dharma Sena melalui Kasubnit Inafis Aiptu Harry Cahyadi mewakili seluruh jajaran Polresta Samarinda pun sempat menyampaikan belasungkawa yang sedalamnya kepada pihak keluarga yang hadir. "Yang kuat, tabah. Dan semoga musibah ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua," ucap Aiptu Harry Cahyadi singkat lalu bersama tim mengawal keberangkatan jenazah bersama pihak keluarga yang melalui Tol Samarinda Balikpapan.
Sementara itu, Abdul Amin (55), salah seorang anggota keluarga menerangkan jenazah Aqila bersama sang ayah dan beberapa anggota keluarga akan diterbangkan ke Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Jumat (22/4/2022) hari ini. "Akan dikuburkan di samping 7 almarhum (korban meninggal sebelumnya) yang lainnya," beber Abdul Amin kepada media di RSUD AW Syahranie tadi malam.
Ia menjelaskan, selama 5 hari dirawat secara intensif, almarhum Aqila tidak pernah sadarkan diri barang sedetikpun. "Membaik saja tidak pernah. Tidak pernah," ucapnya menangis tersedu-sedu. "Kami hanya minta doa. Semoga semua almarhum (8 korban kebakaran) bisa tenang di alam sana. Dan kami sanggup melewati cobaan ini," ucapnya singkat.
Diberitakan sebelumnya, setelah menjalani perawatan intensif, Aqila, korban kritis dalam musibah kebakaran pada hari Minggu (17/4/2022) lalu dinyatakan meninggal dunia pada pukul 17.53 WITA kemarin sore. Lima hari berjuang menahan rasa sakit dengan bantuan alat pernafasan, Aqila (9) akhirnya menghembuskan napas terakhirnya di RSUD AW Syahranie Kota Samarinda.
Gadis kecil ini merupakan salah seorang korban kebakaran ruko 3 pintu di Jalan AW Syahranie, Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu, Minggu (17/4) lalu.
Kepala Instalasi Humas dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), dr. Arysia Andhina dalam rilisnya menerangkan, gadis kecil tersebut meninggal pada Pukul 17.53 WITA di ruang PICU RSUD AW Syahranie. "Saat meninggal dunia, ayah dan keluarganya berada di samping pasien," tuturnya dalam keterangan tertulisnya. "Mari kita doakan semoga Husnul Khotimah," ucap dr. Arysia Andhina.
Nampak seluruh keluarga, berada di samping tubuh kaku gadis 9 tahun tersebut. Ada juga sang ayah, Amiruddin yang mengenakan baju kaos merah dan celana jeans biru terlihat seakan susah payah dan tidak bisa lagi membendung air matanya. "Baru tiba tadi malam. Rencana jenazah akan dibawa ke Wajo (Sulawesi Selatan) juga," ucap salah seorang perwakilan pihak keluarga.
Musibah kebakaran pada ruko 3 pintu yang menyebabkan 7 nyawa penghuninya meninggal dunia dengan seorang bocah kritis meninggalkan kisah pilu mendalam. Banyak yang bertanya mengapa bisa kedelapan korban tersebut terjebak di dalam ruko sembako tersebut.
Edward (27), salah seorang anggota keluarga, menjelaskan kronologi musibah pilu tersebut berdasarkan kesaksian Kepala Keluarga, yakni Amirudin, satu-satunya penghuni yang luput dari musibah tersebut. Edward menjelaskan, pada pukul 04.00 WITA, usai melaksanakan sahur bersama, sang paman berangkat ke Pasar Segiri.
Saat keluar, sang paman memang mengaku mengunci bagian pagar terluar, sebab memang sekeluarga tersebut baru akan memulai aktivitas dan membuka warungnya pada pukul 07.00 WITA. "Tapi pintu lain tidak dikunci," bebernya saat dijumpai di lokasi kejadian, Senin (18/4/2022).
Ia menjelaskan bahwa 8 orang yang berada di dalam gedung tersebut terdiri dari seorang istri serta 2 keponakan atau anak dari pamannya, seorang nenek, dan 4 orang lainnya merupakan ipar. "Jadi semua penghuni yang tinggal (8 orang) sudah bangun. Bersiap salat subuh semuanya," beber Edward.
Berlanjut ke kronologi kebakaran, saat tengah melakukan transaksi membeli, handphone sang paman tiba-tiba berbunyi pada pukul 04.30 WITA. Saat diangkat, terdengar suara sang istri yang meminta tolong dan berulang kali menyebutkan kata kebakaran. "Paman saya langsung pulang. Semua belanjaannya sudah enggak dipedulikan lagi," tuturnya.
Komunikasi telepon masih tersambung. Terdengar suara teriakan histeris dan orang yang menahan sesak akibat menghirup asap. "Paman saya minta mereka lompat lewat koridor lantai dua. Tapi sepertinya mereka tidak berani," bebernya.
Setibanya di lokasi kejadian. Lutut sang paman seakan tidak kuat berdiri lagi. Dengan sisa kekuatannya ia ingin mencoba menerobos kobaran api yang semakin membesar. "Tapi ditahan oleh warga. Om saya coba telpon istrinya lagi sudah enggak tersambung," tuturnya.
Api semakin membesar. Hingga tidak lama kemudian pemadam kebakaran gabungan tiba di lokasi. Sang paman yang sudah payah menahan pegangan warga akhirnya hanya bisa menangis pasrah sambil sesekali berkata pelan, "Lompat. Lewat balkon," yang dirinya pun sadari entah tertuju kepada siapa.
Saat proses evakuasi, diketahui satu orang ditemukan tewas di lantai satu. Satu orang, yakni Lutfi, anak pertama dari Amirudin ditemukan tidak lagi bernyawa di lorong tangga. Sedangkan 6 orang lainnya berada di lantai atas dengan posisi tubuh tidak berjauhan.
Dia menambahkan sang keponakan, yakni Aqila (9), korban yang saat ini masih mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit ditemukan lemas di dalam kamar bagian depan dalam pelukan sang ibu di pojok kamar mereka. "Istri om saya sudah meninggal pas didapat. Pokoknya dia meluk Aqila," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Dia menambahkan bahwa sang paman sempat bingung mengapa rak bensinnya selalu dikaitkan menjadi penyebab tersulutnya api. Sebab, jelas dia, botol-botol bensin eceran tersebut dalam keadaan kosong tak ada isi. "Tapi entahlah karena polisi yang memahami penyebab pasti kebakaran," ucapnya.
Ia menambahkan, seharusnya lepas lebaran pada Mei 2022 mendatang seluruh penghuni ruko tersebut berencana ingin pulang kampung, ke Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Namun semua telah terjadi. Mereka hanya berharap agar pihak yang dijadikan tersangka bisa diberikan hukuman yang setimpal. "Doakan semoga kami kuat menghadapi semua ini dan sanggup melaluinya," ucapnya lirih. (yal)